Kamis, 30 September 2010

lagi di kampus

senang banget bs brng anag" sekelas blajar blog 
hehe 
rada ribet sih gw ...
tapi ya sudahlah namanya juga belajar kan?
hahaha

Sabtu, 25 September 2010

cinta dan kesedihan

suatu hari ada pasangan  cewek dan cowok yang saling mencintai ..
cowok tersebut menantang ceweknya untuk tidak menghubunginya selama 24 jam 
engga telepon, engga sms dan engga nyari dia ..
dan kalo cewek tersebut bisa berhasil, berarti cewek itu benar-benar sangat mencintainya ..
cewek itu pun menyetujui tantangan cowoknya .
setelah 24 jam berlalu, cewek tersebut ke rumah cowoknya.
ternyata cowok itu terkena kanker dan hanya bertahan 24 jam 
disamping cowok  itu ada sebuah note yang berisi "kamu udah berhasil bebb, aku yakin kamu bisa tanpa aku, bukan 24 jam saja tapi seterusnya"
"I Love You" semoga kamu dapat yang lebih baik dariku 

Jumat, 24 September 2010

sekilas novel gw


Kami langsung menuju ke tempat yang sudah di rencanakan Nathan. Niatnya aku sama dia ingin ke puncak menikmati suasana kebun teh yang segar dan dingin. Perjalanan kami memang tidak terjebak macet karena kami menggunakan motor yang bisa menyelap-nyelip di jalan. Untung nathan tidak membawa mobilnya kalo dia membawa mobilnya maka kami akan terjebak macet di jalan besar puncak. Karena setiap hari libur daerah ini sangat padat merayap.
Kami berhenti di restoran untuk istirahat sebentar. “Kamu kenapa sayang?kok wajahmu pucat sekali.” Tanya Nathan yang melihatku yang dari tadi mengusap-usap kedua telapak tanganku.
“Aku kedinginan..” Ucapanku membuat nathan kelihatan sedikit menyesal membawaku dengan motornya. Dia langsung mengambil posisi duduk di sampingku. Nathan melepaskan sweater putihnya dan memakaikannya padaku. Lalu memelukku dengan sangat erat.
“Maafin aku, Cha.” Lirihnya.
“Kenapa kamu minta maaf sayang? Kamu kan engga salah apa-apa.”
“Coba aja aku bawa mobil. Pasti kamu engga akan merasakan kedinginan karena hawa puncak dan hembusan angin di jalan.”
“Engga apa-apa kok. Lagian juga aku senang..”
“Kamu senang, Cha?”
“Iya, aku senang…banget hehehe.” Ku jatuhkan kepalaku di bahunya.
“Makasih sayang.”
“Iya, nathan. Sayang, aku lapar nih.” Manjaku.
Nathan tertawa dan mengelus sebagian kepalaku. “Kamu mau makan apa?” Tanyanya sambil terus tesenyum. Aku langsung mengambil daftar menu yang tersedia dari tadi di meja kami. Aku menunjuk satu menu makanan dan satu menu minuman pada Nathan. “Waitress…” Panggil Nathan.
“Kami pesan makanan yang ini dan minumannya yang di halaman berikutnya.”
“Baik, mohon di tunggu pesanan anda.” Kata waitress.
“Terima kasih..” Ucap kami.
“Chaca, aku mau nanya sesuatu sama kamu..” Kata Nathan.
“Mau nanya apa pacarku?”
“Emmm.. seandainya aja nih. Hidup aku engga akan lama lagi, apa kamu akan selalu sama aku atau malah kamu akan pergi dari sisiku?”
Aku memandangi wajahnya yang sepertinya serius menanyakan ini padaku. “Gimana ya..” aku menggaruk pelan kepalaku.
“Jawab sayang.”
“Aku akan pergi dari kamu, karena kamu pasti akan sangat akan merepotkan aku nantinya. Pastinya aku pasti selalu jagain dia terus deh.”
Nathan tersentak kaget. “Kamu akan melakukan itu sama aku?”
“Iya…” singkatku yang ketawa dalam hati melihat wajah Nathan yang muram.
“Ohh..”
Aku langsung merangkul pundaknya dan berkata “Tapi bohong.. hahaha.”
“Maksud kamu, Cha?”
“Nathan, kalo kamu ada di posisi seperti itu, aku akan selalu ada buat kamu. Membahagiakan kamu, mencintai kamu, bahkan aku akan berkorban segalanya buat pacarku ini. Mungkin aku engga akan pernah bisa mengubah takdir yang allah berikan, tapi setidaknya aku sudah melakukan tugas aku sebagai pacar kamu untuk memberikan semangat yang tinggi buat kamu untuk terus berusaha tanpa ada kata menyerah di hidupmu.” Kataku bijak.
“Sungguh, Cha?” Tanyanya ragu padaku.
“Sungguh my lovely..” Jawabku penuh keyakinan.
Nathan memelukku erat sekali. Entah apa yang terjadi padanya sepertinya ada seseuatu yang sangat ingin dia utarakan padaku.
“Heii.. sayang. Kamu kenapa? Kok diam, Cerita sama aku.” Tanyaku khawatir.
Nathan tersenyum lebar. “Aku engga apa-apa.”
“Are you sure, honey?”
Nathan diam sejenak. “Aku yakin, Cha.”
“Dengar ya, kalo kamu ada yang ingin di ceritakan ke aku. Please cerita ya.”
“Engga ada yang aku mau ceritakan. Nanti kalo ada ya.”
Aku masih terus melihat ekspersi wajahnya yang kurasa ada keganjilan.
“Kok ngeliatin aku sih, ayo di makan tuh. Nanti ke buru dingin.”
Kami menyantap hidangan di meja yang sudah dari tadi tersedia. Tanpa di sadari Chaca yang sedang makan. Nathan memperhatikan dengan tatapan sendu.
“Maafin aku, Cha.” Ucapnya dalam hati.


Pages

About Me

Foto saya
* bawel * nyablak * ramah * pemalu sama orang yg baru di kenal hihi * engga jaim * ramah * engga suka binatang darat dan tikus * suka bunga kecuali bunga bangkai haha * moody-an dsb ;)

Cari Blog Ini